Senin, 13 Desember 2010

HIDUP !

Kehidupan merupakan sebuah pulau di lautan kesepian, dan bagi pulau itu bukti karang yang timbul merupakan harapan, pohon merupakan impian, bunga merupakan keheningan perasaan, dan sungai merupakan damba kehausan.
Hidupmu, wahai saudara-saudaraku, laksana pulau yang terpisah dari pulau dan daerah lain. Entah berapa banyak kapal yang bertolak dari pantaimu menuju wilayah lain, entah berapa banyak armada yang berlabuh di pesisirmu, namun engkau tetap pulau yang sunyi, menderita kerana pedihnya sepi dan dambaan terhadap kebahagiaan. Engkau tak dikenal oleh sesama insan, lagi pula terpencil dari keakraban dan perhatian.
Saudaraku, kulihat engkau duduk di atas bukit emas serta menikmati kekayaanmu -bangga akan hartamu, dan yakin bahawa setiap genggam emas yang kau kumpulkan merupakan mata rantai yang menghubungkan hasrat dan fikiran orang lain dengan dirimu.
Di mata hatiku engkau kelihatan bagaikan panglima besar yang memimpin bala tentara, hendak menggempur benteng musuh. Tapi setelah kuamati lagi, yang nampak hanya hati hampa belaka, yang tertempel di balik longgok emasmu, bagaikan seekor burung kehausan dalam sangkar emas dengan wadah air yang kosong.
Kulihat engkau, saudaraku, duduk di atas singgahsana agung; di sekelilingmu berdiri rakyatmu yang memuji-muji keagunganmu, menyanyikan lagu penghormatan bagi karyamu yang mengagumkan, memuji kebijaksanaanmu, memandangmu seakan-akan nabi yang mulia, bahkan jiwa mereka melambung kesukaan sampai ke langit-langit angkasa.
Dan ketika engkau memandang kelilingmu, terlukislah pada wajahmu kebahagiaan, kekuasaan, dan kejayaan, seakan-akan engkau adalah nyawa bagi raga mereka.
Tapi bila kupandang lagi, kelihatan engkau seorang diri dalam kesepian, berdiri di samping singgahsanamu, menadahkan tangan ke segala arah, seakan-akan memohon belas kasihan dan pertolongan dari roh-roh yang tak nampak -mengemis perlindungan, kerana tersisih dari persahabatan dan kehangatan persaudaraan.
Kulihat dirimu, saudaraku, yang sedang mabuk asmara pada wanita jelita, menyerahkan hatimu pada paras kecantikannya. Ketika kulihat ia memandangmu dengan kelembutan dan kasih keibuan, aku berkata dalam hati, “Terpujilah Cinta yang mampu mengisi kesepian pria ini dan mengakrabkan hatinya dengan hati manusia lain.”
Namun, bilamana kuamati lagi, di sebalik hatimu yang bersalut cinta terdapat hati lain yang kesunyian, meratap hendak menyatakan cintanya pada wanita; dan di sebalik jiwamu yang sarat cinta, terdapat jiwa lain yang hampa, bagaikan awan yang mengembara, menjadi titik-titik air mata kekasihmu…
Hidupmu, wahai saudaraku, merupakan tempat tinggal sunyi yang terpisah dari wilayah penempatan orang lain, bagaikan ruang tengah rumah yang tertutup dari pandangan mata tetangga. Seandainya rumahmu tersalut oleh kegelapan, sinar lampu tetanggamu tak dapat masuk meneranginya. Jika kosong dari persediaan kemarau, isi gudang tetanggamu tak dapat mengisinya. Jika rumahmu berdiri di atas gurun, engkau tak dapat memindahkannya ke halaman orang lain, yang telah diolah dan ditanami oleh tangan orang lain. Jika rumahmu berdiri di atas puncak gunung, engkau tak dapat memindahkannya atas lembah, kerana lerengnya tak dapat ditempuh oleh kaki manusia.
Kehidupanmu, saudaraku, dibaluti oleh kesunyian, dan jika bukan kerana kesepian dan kesunyian itu, engkau bukanlah engkau, dan aku bukanlah aku. Jika bukan kerana kesepian dan kesunyian itu, aku akan percaya kiranya aku memandang wajahmu, itulah wajahku sendiri yang sedang memandang cermin.

- Kahlil Gibran -

BCL - Terpanah Asmara

[intro] D Bm G A 2x

D A
mencintaimu
F#m G A
sesuatu yg tak bisa aku hindari
F#m Bm A
begitu kuat perasaan yg kurasakan

D A F#m G A
dirimu hadir di saat aku rindukan belaian
F#m Bm A
terpanah aku akan cinta yg kau tancapkan

[reff]
D F#m Am G
dan kau bawa aku ke awan menghias langit
G A# Bm
merangkai bintang-bintang menjadi sebuah kata
A
sebuah kata cinta

D A F#m G A
seindah-indahnya bila tersentuh hangatnya asmara
F#m Bm A
sebentuk cinta yg kau beri apa adanya

D F#m Am G
dan kau bawa aku ke awan menghias langit
G A# Bm
merangkai bintang-bintang menjadi sebuah kata
A
sebuah kata cinta
D F#m Am G
dan tercipta pelangi jiwa warnai hatiku
G A# Bm F#m
engkau anugerah terindah dariNya untukku
G A
engkaulah kekasih separuh jiwaku

[int] D F#m G A# A
D F#m G A A#


D# Gm A#m G#
dan kau bawa aku ke awan menghias langit
G# B Cm
merangkai bintang-bintang menjadi sebuah kata
A#
sebuah kata cinta
D# Gm A#m G#
dan tercipta pelangi jiwa warnai hatiku
G# B Cm Gm
engkau anugerah terindah dariNya untukku
G# A#
engkaulah kekasih separuh jiwaku

[ending] D# Cm Fm A# D#

Sabtu, 04 Desember 2010

Laluna - Selepas Kau Pergi

Selepas kau pergi
Tinggallah disini ku sendiri
Ku merasakan sesuatu
Yang tlah hilang di dalam hidupku

Dalam lubuk hatiku
Ku yakin kaupun sebenarnya tak
Inginkan lepas dariku
Tahukah kau kini ku terluka

Bantu aku membencimu
Ku terlalu mencintaimu
Dirimu begitu
Berarti untukku

Kau telah mencinta
Dan di cintai kekasihku
Ini tak adil bagiku
Hilanglah damba tinggallah hampa

Bantu aku membencimu
Ku terlalu mencintaimu
Dirimu begitu
Berarti untukku

Bantu aku membencimu
Ku terlalu mencintaimu
Dirimu begitu
Berarti untukku

Lupakanku dalam hidupmu
Yang pernah mencintaimu
Kau memang tercipta
Bukanlah Untukku

Selepas kau pergi
Tinggallah disini ku sendiri
Kumerasakan sesuatu
Yang tlah hilang di dalam hidupku